Database Sharding adalah metode yang digunakan untuk mengelola database besar dengan membagi data menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola, atau “pecahan”. Ini adalah bentuk partisi horizontal, artinya setiap pecahan adalah bagian terpisah dari database yang berisi subset dari total data. Pendekatan ini sering digunakan untuk mempercepat kinerja database dan mengurangi pemanfaatan sumber daya dengan mengurangi jumlah data yang disimpan dan diambil dalam satu query.
Sharding digunakan untuk membagi data ke beberapa mesin untuk meningkatkan skalabilitas database seiring bertambahnya kumpulan data. Dengan membagi satu database besar menjadi beberapa database yang lebih kecil, Sharding memastikan tingkat ketahanan dan keandalan yang lebih tinggi untuk aplikasi-aplikasi penting.
Sharding sangat berguna dalam skenario komputasi awan, di mana database sering kali didistribusikan ke sejumlah server awan. Sharding membantu mengoptimalkan kueri database terdistribusi, menangani beban kerja yang besar sekaligus menjaga latensi dan waktu respons tetap rendah.
Meskipun ini merupakan teknik yang berguna untuk mengoptimalkan kinerja dan skalabilitas database, sharding memiliki beberapa kelemahan. Sharding dapat menyebabkan peningkatan kompleksitas dalam pengelolaan database, karena setiap shard harus dikelola dan dipelihara secara terpisah. Selain itu, sharding dapat meningkatkan waktu pemrosesan ketika data harus disimpan di beberapa server, karena potongan informasi asli harus dikumpulkan dari seluruh cluster.
Terlepas dari beberapa kelemahan ini, Database Sharding tetap menjadi salah satu teknik paling populer untuk mengelola database besar dan kompleks, sehingga memungkinkan perusahaan menangani beban kerja besar secara efektif dengan mudah.
